contoh jurnal skripsi


PENGGUNAAN KATA SAPAAN DAN GAYA BAHASA PANITIA AMAL MASJID DI JALAN RAYA PESANGGRAHAN KWANYAR
ABSTRAK
Nama                                             : Fauzi
Nomor Pokok Mahasiswa             : 0644105
Program Studi                               : Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia

         Penelitian ini didasarkan pada anggapan bahwa penggunaan kata sapaan dan gaya bahasa dalam panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar perlu diteliti dan dikaji secara seksama yang merupakan bahasa yang di pergunakan dari sekian variasi dalam menyapa dan mengungkapkan diri sendiri untuk meminta sumbangan atau dana di jalan yang dilalui kendaraan bermotor.
         Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah a) Bagaimanakah bentuk kata sapaan panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar ?.  b) Bagaimanakah gaya bahasa panitia amal di jalan raya pesanggrahan kwanyar?.  c) Bagaimanakah kaitan antara kata sapaan dengan gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya psanggrahan kwanyar?.
         Ruang lingkup penelitian ini adalah panitia amal masjid roudotul hidayah.
         Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kata sapaan, gaya bahasa dan kaitan antara kata sapaan dan gaya bahasa yang digunakan panitia amal masjid jalan raya pesanggrahan kwanyar.
         Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis ini dapat dilakukan pada data yang diperoleh di lapangan, data yang sudah ada dikumpulkan menjadi satu, lalu diteliti secara cermat. Setelah tahap ini, data tersebut dipilih antara data yang satu dengan data yang lain sebagai dasar penelitian.
         Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kata sapaan yang digunakan oleh panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar menggunakan bentuk-bentuk sapaan kata nama diri seperti: Bapak sopir, penumpang, manussah, pengendara roda dua, panjhennengngan, ajunan cewek, kernit, lancing, ban-praban, jamal. Dan kata sapaan berkerabatan untuk mengakrabkan suasana adalah: Bapak, Ibu, Bapak sopir, tantretan, Ale’-Alek, Ustadz, Ustadzah, bhuk, anom, Nyaih (Nenek), Kaeh (Kakek), mbah, oba’, umi, abi, Bhibbhi, Enceng, Ghutteh, Aba, Pa’, Bu’, sadhajana, nyanyah, pak sopir dan pak jamal. Sehingga menunjukkan hubungan kekerabatan dalam situasi tidak resmi. Gaya bahasa panitia amal berdasarkan pilihan kata menggunakan gaya bahasa percakapan yang membuthkan responden pendengar atau penumpang kendaraan bermotor.





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
         Manusia sesuai dengan kodratnya tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan makhluk di sekelilingnya. Bahasa merupakan sarana yang paling sering digunakan oleh manusia, tanpa bahasa, manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi.
         Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi didalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara lain misalnya isyarat, lambang-lambang, gambar, kode-kode tertentu lainnya, tetapi dengan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna.
         Para ahli mengemukakan tentang pengertian bahasa diantaranya Keraf (1990:1) dan Nababan (1992:10). Bahasa ialah alat komunikasi bagi manusia, sebagai alat komunikasi bahasa lagi yang menghubungkan manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial bahasa digunakan untuk berinteraksi antara manusia satu dengan yang lain, disekolah guru menyampaikan pelajaran menggunakan bahasa, di kantor antar sesame karyawan atau dengan atasan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa, di jalan misalnya, bahasa juga digunakan oleh panitia amal untuk melakukan aktivitasnya memminta sumbangan, demikian juga di tempat lain.
         Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna. Tetapi karena berbagai factor yang terdapat dalam masyarakat pemakaian bahasa itu, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan, profesi dan latar belakang budaya daerah, makna bahasa itu menjadi beragam. (Chaer, 2000:3).
         Nababan (1992:4) mengemukakan bahwa perbedaan bahasa yang hadir di tengah masyarakat tidak mempengaruhi ke komunikatifan suatu bahasa yang dipakai oleh masyarakat. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi social yang mereka lakukan sangat beragam. (Chaer dan Leone, 2004 : 80-81).
         Menurut Chaer (2006:107) kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk meyapa, menegur atau menyebut orang kedua, atau orang yang diajak bicara. Adanya factor sapaan ini, mempengaruhi pula kata yang digunakan dan acara pengungkapannya. Oleh karena itu, kata sapaan yang digunakan oleh panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar sangat berpengaruh bagi pendengar untuk memberikan sumbangan.
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya, banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan sesuatu (Finoza, 2006:11). Dengan adanya gaya bahasa yang digunakan oleh panitia amal masjid pesanggrahan kwanyar, maka memudahkan bagi pendengar merasa tertarik dan menyumbangnya.

Rumusan Masalah
         Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah bentuk kata sapaan panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar ?
2.      Bagaimanakah gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar ?
3.      Bagaimanakah kaitan antara kata sapaan dengan gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar ?

Tujuan
berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mendeskripsikan kata sapaan panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar
2.      Untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan oleh panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar
Untuk mendeskripsikan kaitan antara kata sapaan dengan gaya bahasa yang digunakan oleh panitia masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar. 



BAB II
TEORI


Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
         Betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, dapat dibatasi pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antar masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. (Keraf, 1994:1)
         Dengan memperhatikan batasan tadi, tampak bahwa fungsi bahasa pada umumnya sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan antara anggota masyarakat, suatu komunikasi yang di adakan dengan menggunakan bunyi dihasilkan oleh alat ucap manusia. komunikasi antara anggota masyarakat dapat mengambil bentuk lain berupa isyarat-isyarat, bunyi lonceng dan sebagainya.
         Menurut Keraf (1994:3) dengan meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa : (a) untuk mengatakan ekspresi diri, (b) sebagai alat komunikasi, (c) sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi social dan (d) sebagai alat untuk mengadakan control social.
         Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan terciptanya kerjasama dengan sesama warga masyarakat. Bahasa mengatur berbagai aktifitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan.
         Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan oleh anggota penuturnya untuk menjalani hubungan dengan anggota masyarakat yang lain yang mempunyai kesamaan bahasa. Komunikasi atau hubungan itu dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok, lebih lanjut komunikasi itu memungkinkan seseorang bekerjasama dengan orang lain, membentuk kelompok, atau bahkan membentuk suatu masyarakat untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan kata lain, sebagai alat komunikasi dapat digunakan untuk bertutur pikiran, berdiskusi, atau membahas suatu permasalahan yang dihadapi. Bahasa dapat pula memungkinkan seseorang mempelajari segala sesuatu yang dinyatakan oleh orang lain.
Variasi Bahasa Atau Ragam Bahasa
         Variasi bahasa atau ragam bahasa merupakan pokok dalam studi sosiolinguistik, menurut kridalaksana (dalam Chaer dan Agustina, 2004:61), sosiolinguistik sebagai cabang linguistic yang berusaha menjelaskan cirri-ciri social masyarakat.
         Cirri-ciri variasi atau ragam bahasa menurut Chaer dan Agustina (2004:68-72) sebagai berikut :
1.      Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah idiolek, yani variasi bahasa yang sifatnya perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah “warna” suara itu, sehingga jika kita cukup akrab seseorang, hanya mendengar suara bicaranya tanpa melhat orangnya kita dapat mengenalinya.
2.      Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya atau dialek, yakni variasi bahasa dari kelompok penuturnya dari junlahnya yang relative, yang berbeda pasa satu tempat, wilayah atau area tertentu.
3.      Variasi bahasa ketiga berdasarkan penuturnya adalah dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok social pada masa tertentu.
4.      Variasi bahasa keempat berdasarkan penuturnya adalah dialek social, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas social para penuturnya.
Kata Sapaan
         Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa, menegur atau menyebut orang kedua, atau orang yang di ajak bicara (Chaer, 2006:107). Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan kata nama diri dan kata nama perkerabatan.
         Menurut nasution (1994:7) kata sapaan dapat diukur dari jarak dan hubungan penyapa dan pesapa, ada yang hubungan vertical dan ada yang hubungan horizontal. Hubungan vertical mnunjukkan berapa jauh hubungan penyapa dengan pesapa sebagai lawan bicara, hubungan horizontal menunjukkan tingkat keakraban penyapa dan pesapa. Kedua dimensi tersebut mengakibatkan banyaknya variasi sapaan yang dijumpai dalam pemakaiannya pada suatu masyarakat tertentu.

Kata Sapaan Nama Diri
         Kata sapaan nama diri adalah menunjukkan identitas atau pengenal diri pelaku dalam pertuturan. (Chaer, 2006:99), kata nama diri dengan fungsi sebagai kata sapaan dapat digunakan terhadap orang yang sudah akrab serta berusia sebaya atau lebih tua. Misalnya, “San, mengapa kamu kemaren tidak masuk sekolah”? Tanya siti kepada hasan teman sekelasnya. Sebagai kata sapaan, kata nama diri dapat digunakan dlm bentuk utuh seperti Hasan, Ali dan Siti, dapat juga digunakan bentuk singkatnya, seperti: San (bentuk utuh: Hasan), Li (bentuk utuh: Ali), dan Ti (bentuk utuh: Siti)
Kata Sapaan Perkerabatan
         Kata sapaan nama perkerabatan adalah kata-kata yang menunjukkan hubungan kerabat atau keluarga dengan pihak diri pertama. (Chaer, 2000:99), misalnya: ayah, ibu, nenek, kakek, anak, bibi, cucu,  paman, kakak, adik, bapak, dan saudara. Kata-kata ini digunakan untuk menyatakan keakraban (didalam keluarga), sopan santun, dan hormat (terhadap orang dilur keluarga), dan menampilkan suasana formal (dalam pembicara dinas), sebagai kata sapaan, nama perkerabatan dapat digunakan dalam bentuk utuh. Semua bentuk utuhnya dan bentuk singkatnya dapat dipakai. Hanya peru diperhatikan, tidak semua kata perkerabatan ada bentuk singkatnya. Yang ada bentuk singkatnya hanyalah: Pak (bentuk utuh: Bapak), Yah (bentuk utuh: Ayah), Bu (bentuk utuh: Ibu), Kak (bentuk utuh: Kakak), Dik (bentuk utuh: Adik), Bi (bentuk utuh: Bibi), Kek (bentuk utuh: Kakek), Nek (bentuk utuh: Nenek), Nak (bentuk utuh: Anak), Cu (bentuk utuh: Cucu).
         Kata nama perkerabatan sebagai kata sapaan digunakan dengan aturan sebagai berikut :
1.      Bapak
                     Kata nama perkerabatan Bapak dengan fungsi sebagai kata sapaan terhadap :
a)      Orang tua laki-laki
b)      Orang laki-laki dewasa yang lebih tua, atau patut dihormati dengan kedudukan sosialnya atau karena jabatannya.
c)      Orang laki-laki dewasa yang belum dikenal dan patut untuk dihormati.
Contoh : “Ta’ langkong pa’ amalla saeklassa, satos duratos ontallaghi pa’, kaangghuy pembangunan masjid e ka’dinto”
2.      Ibu

         Kata nama perkerabatan ibu dengan fungsi sebagai kata sapaan digunakan terhadap :
a)      Orang tua perempuan
b)      Orang perempuan dewasa yang lebih tua atau patut dihormati karena kedudukan social atau jawaban
c)      Orang perempuan dewasa yang belum dikenal dan patut dihormati.
Contoh : “Amal Bu’ Mi’ pola bada karena ongkossen, kaangghuy pembangunan masjid e ka’dinto”.
3.      Kakak

         Kata nama perkerabatan kakak dengan fungsi sebagai kata sapaan digunakan terhadap :
a)      Saudara yang lebih tua perempuan maupun laki-laki
b)      Orang-orang (laki-laki atau perempuan) yang diperkirakan lebih tua usianya.
Contoh : Dhe’ Kakak se deri bere’ ta’ langkong pellanaghin, Manabi bedeh se kasokan aparengngah amal kaangghuy pembangunan masjid”
4.      Adik
               Kata nama perkerabatan adik dengan fungsi sebagai kata sapaan digunakan terhadap :
a)      Saudara yang lebih muda (laki-laki maupun perempuan)
b)      Orang-orang (laki-laki maupun perempuan) yang diperkirakan lebih muda usianya.
Contoh : Dhe’ alek pelajar se derih temur manabi kasokan apareng amal, pageggeraghin.
5.      Saudara
               Kata nama perkerabatan saudara dengan fungsi sebagai kata sapaan digunakan terhadap orang-orang yang diperkirakan sebaya usianya, atau sama derajat status sosialnya, atau dalam situasi yang formal.
Contoh : “Dhe’ taretan se derih bere’ pellanaghin dimen, mi’ pola bedeh se kasokan apareng amal”
Gaya Bahasa
         Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya (Finoza, 2006:111). Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi), ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes), dan masih banyak lagi majas yang lainnya.
         Gaya bahasa dapat dipandang sebagai kenyataan penggunaan bahasa yang istimewa yang tidak dapat dipisahkan dari cara atau tekhnik seseorang penulis atau pembicara dalam merefleksikan pengalaman berdasarkan nilai-nilai, kualitas kesadaran pikiran dan pandangan yang istimewa atau khusus. Oleh karena itu, seseorang pembicara atau penulis sebenarnya tidak dapat memproduksi gaya bahasa penulis atau pembicara lainnya kecuali untuk tujuan-tujuan yang praktis yang bersifat meniru.
         Bila dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Akhirnya, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 2005.113).
         Dalam gaya bahasa sendiri diperlukan suatu syarat yang dikemukakan oleh Keraf , (2005:113) syarat yang pertama yaitu kejujuran artinya mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa, pemakai bahasa yang tidak berbelit, syarat yang kedua yaitu pemakai yang sopan santun artinya memberikan penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca, syarat ketiga yaitu menarik, maksudnya mempunyai komponen-komponen berikut : variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas),  dan penuh daya khayal (imajinasi).
         Berdasarkan Keraf (2005:116), ada empat golongan gaya bahasa, yaitu :
1.      Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata.
2.      Gaya bahasa berdasarkan nada.
3.      Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
4.      Gaya bahasa berdasarkan langsusng tidaknya makna.
Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
         Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketetapan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi tertentu.
a.       Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.

Contoh :

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan pri-kemanusiaan dan pri-keadilan.
Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat santausa mengantarkan rakyat Indonesia kepada pintu gerbang kemerdekaan negeri Indonesia yang merdeka, bersatu, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat allah yang mahakuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan berkebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b.      Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa yang tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dapat dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal.

Contoh :

Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 oktober 1928 adalah peristiwa national, yang mengandung benih nationalism, sumpah pemuda dicetuskan pada zaman penjajah. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai waktu khusus yakni anti penjajah. Peringatan kepada sumpah pemuda sewajaernya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan sumpah pemuda.
Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuan untuk melaksanakan gagasan kemerdekaan. Generasi tahun 1966 adalah generasi Pembina dan pengembang nilai-nilai nasional.

Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
         Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan. (Keraf, 2005:121).


BAB III
METODE PENELITIAN


Jenis Penelitian
         Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan tekhnik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini yang dikaji atau di analisis adalah semua data yang sudah dikumpulkan, dari sumber data yang dipilih untuk mendeskripsikan  kata sapaan dan gaya bahasa. Sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
         Bogda dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. (dalam Moleong, 2005:4).
         Menurut david Williams (dalam Moleong, 2005:5) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
         Dalam penelitian ini yang dikaji dan dianalisis adalah semua data yang sudah dikumpulkan, dari sumber data yang terplih untuk dideskripsikan bentuk kata sapaan dan gaya bahasa, sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
         Menurut Fatimah (2006:8) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan membuat deskriptif, maksudnya membuat gambaran, ukuran secara sistematis, factual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.

Data Penelitian
         Data merupakan fakta-fakta atau keterangan yang digunakan sebagai sumber yang telah di seleksi untuk dijadikan sebuah bukti. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang berupa penggunaan kata sapaan dan gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar.
         Data twrsebut ditranskripsikan dari hasil rekaman melalui alat perekam dan ditranskripsikan kedalam bentuk tulisan. Wacana hasil transkripsi tersebut selanjutnya dianalisis dengan masalah penelitian.
Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
         Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
         Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat perekam dengan jalan merekam tuturan panitia amal masjid pada saat meminta amal. Observasi dan catatan lapangan hanya digunakan sebagai alat pengumpulan data.
1.      Observasi yaitu untuk mengamati secara langsung tuturan panitia amal di jalan pesanggrahan kwanyar. Dalam kegiatan observasi ini peneliti berbaur secara langsung dengan panitia amal.
2.      Rekaman yaitu merekam tuturan panitia amal di pos amal di depan masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar. Hasil rekaman ini ditranskripsikan kedalam bahasa tulis dan digunakan sebagai bahan untuk dianalisis.

Metode Dan Teknik Analisis Data

        
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat deskriptif, maksudnya membuat gambaran, ukuran secara sistematis, factual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.
         Teknik analisis data adalah cara yang dilakukan untuk menganilis data yang ada. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, analisis ini dapat dilakukan pada data yang diperoleh dilapangan, data yang sudah ada dikumpulkan menjadi satu, lalu diteliti secara cermat, setelah tahap ini, data tersebut dipilih antara data yang satu dengan data yang lain sebagai dasar penelitian.
         Langkah pertama yang dianalisis adalah kata sapaan, penganalisisan kata sapaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kata sapaan yang ada pada tuturan panitia amal di jalan raya pesanggrahan kwanyar. kata sapaan yang dianalisis adalah kata nama diri, seperti kata ganti nama diri dan kata nama kekerabatan.
         Langkah kedua adalah menganalisis gaya bahasa, gaya bahasa yang dianalisis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran bahasa yang digunakan oleh panitia amal di jalan raya pesanggrahan kwanyar. Gaya bahasa yang dianalisis adalah gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada dan gaya bahasa langsung tidaknya makna yang terkandung dalam setiap panitia amal.
         Teknik analisis kata yang digunakan dalam penelitian adalah pengolahan data secara kualitatif menurut Moleong (2005:103) kegiatan analisis data dalam hal ini yaitu mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikan.
         Penggunaan teknik pengolahan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.        Merekam data tuturan panitia amal di jalan raya pesanggrahan kwanyar.
b.      Mentranskripsikan hasil rekaman dalam bentuk wacana.
c.       Memeriksa dan memberikan suatu tanda pada suatu kata sapaan dan gaya bahasa.
d.      Memisahkan dan mengkategorikan antara golongan kata sapaan dengan golongan gaya bahasa, dan
e.       Menganalisisnya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

         Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan hasil penelitian ini disajikan secara berurutan, sedangkan rekaman dan transkripsikan sebagaimana terlampir. Dari hasil pengelompokan kata sapaan dan gaya bahasa yang dianalisis dan ditabulasikan. Maka selanjutnya peneliti menganalisa secara deskriptif dan menyesuaikan dengan data-data yang ada. Disini jelas hahwa gaya yang dipakai adalah bahasa percakapan yang menggunakan bahasa standart dalam bahasa resmi dan tidak resmi.
1.      Disamping penggunaan kata-kata para panitia juga menggunakan  kata dan kalimat dalam bahasa arab. Penggunaan kata bahasa arab adalam panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar di maksudkan adalah untuk melakukan kegiatan yang bersifat keagamaan, apalagi dalam meminta sumbangan dihubungkan dengan pembangunan suatu tempat ibadah yaitu masjid, “assalamualaikum”. Panitia amal menggunakan kata tersebut, karena kata tersebut merupakan salam pembukaan yang digunakan oleh orang islam. “alhamdulillah wa syukurillah”, adalah kalimat yang puji-pujiannya kepada allah SWT, biasanya dipakai dalam ceramah agama. “Bismillahirrohmanirrohim” biasanya dipakai untuk memulai aktifitas atau segala kegiatan kita agar supaya selamat selalu dalam lindungan allah SWT.


2.      Dari data gaya bahasa berdasarkan nada dapat disimpulkan bahwa pada data

Bapak
Contoh : “Ta’ langkong pa’ amalla saeklassa, satos duratos ontallaghi pa’, kaangghuy pembangunan masjid e ka’dinto”
             Ibu

         Kata nama perkerabatan ibu dengan fungsi sebagai kata sapaan digunakan terhadap :
a)      Orang tua perempuan
b)      Orang perempuan dewasa yang lebih tua atau patut dihormati karena kedudukan social atau jawaban
c)      Orang perempuan dewasa yang belum dikenal dan patut dihormati.
Contoh : “Amal Bu’ Mi’ pola bada karena ongkossen, kaangghuy pembangunan masjid e ka’dinto”.
Kakak

Contoh : Dhe’ Kakak se deri bere’ ta’ langkong pellanaghin, Manabi bedeh se kasokan aparengngah amal kaangghuy pembangunan masjid”
                             
      Adik

Contoh : Dhe’ alek pelajar se derih temur manabi kasokan apareng amal, pageggeraghin.
Saudara
Contoh : “Dhe’ taretan se derih bere’ pellanaghin dimen, mi’ pola bedeh se kasokan apareng amal”

3.      Dari data gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbukti bahwa panitia amal menggunakan gaya bahasa retoris yaitu gaya bahasa retoris aliterasi maksudnya semacam gaya bahasa yang terwujud perulangan konsonan yang sama, semoga amalla bapak ibu eterema’a sareng ghuste allah, ben muga-muga eghente’enna se langkong-langkong samporna e dunnyah kalaben akherat.

         Disamping menggunakan gaya bahasa retoris aliterasi panitia amal juga menggunakan bahasa retoris asonansi maksudnya semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi fokal. Ta’ langkong pa’ bu’ amalla saiklassa satos duratos ontalaghi pa’ bu’ epelea. Terbukti bahwa ada yang menggunakan gaya bahasa retoris asonanasi yaitu perulangan vocal yang sama yaitu / a dan / o /.
         Dhe’ bapa’ se deri bere’ ta’ langkong pa’ on laonanan dhimen, dhan khuleh nyu’un amal jariyah pa’, ontalaghin pa’ ontalaghin bu’. Kaangghuy pemangunan masjid raudotul hidayah sebedeg e kbenyar bere’, makeh lemaratos ropia dhen khuleh ta’ nanggungagin pa’, mator sakalangkong atas amal panjenengngan mugheh-mugheh eketerema’ah sareng allah SWT ben malar mandher eghentenah se lebbi rajah amin….amin….amin yarobbal alamin dan semoga selamat sampai ketempat tujuan.
         Biasa mulai dari mobil kelihatan sebelum mengucapkan kata sapaan di bacakan sholawat.

Contoh: “sholatulloh salamulloh ala toha rosulillah”.
         “dha’ bapak sopir se dheri temur mandher padeh lanjengah omor pagheggher amal jariyanah kaangghuy sangu patenah”. Dan seperti mengulang kata-kata amal pak, amal buk,. Dan seperti kata “meskipun limaratus ropia dhen khuleh tak nanggungagih”. Kemudia kata “semoga nanti kembalinya mndapat penumpang yang banyak dan yang terakhir mengucapkan kata “semoga selamat sampai tujuan”




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Panitia amal masjid dijalan raya pesanggrahan kwanyar menggunakan bentuk-bentuk sapaan kata nama diri seperti: bapak sopir, penumpang, manussah, pengendraa roda dua, panjhennengngan, ajunan cewek, kernit, lancing, ban-praban, pengendara sepeda motor, oreng se lebet, muslimin, muslimat, we-cewek dan pak jamal. Dan kata sapaan perkerabatan untuk mengakrabkan suasana adalah: bapak, ibu, bapak sopir, tantretan, ale’-ale’, ustadz, ustadzah, bhuk, anom, nyaih (nenek), kaeh kakek, mbah, obe’, ummi, abi, bhibbhi, enceng, ghutteh, aba, pak, bu’, sadhajanah, nyanyah, pak sopir dan pak jamal. Sehingga menunjukkan hubungan kekerabatan dalam situasi tidak resmi.
2.      Berdasarkan gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar, meliputi gaya bahasa yang berdasarkan pilihan kata yang membutuhkan respon dari pendengar atau penumpang kendaraan bermotor atau gaya bahasa percakapan, gaya bahasa berdasarkan nada menggunakan gaya mulia dan bertenaga, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidknya makna menggunakan gaya bahasa teroris seperti gaya bahasa aliterasi yaitu semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama dan gaya bahasa yang asonasi merupakan gaya bahasa yang berwujud bunyi vocal yang sama.
3.      Kaitan antara kata sapaan dan gaya bahasa panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar adalah gaya bahasa berdasarkan percakapan dan gaya bahasa berdasarkan nada, contohnya jika sudah tua atau dewasa dipanggil bapak, dan ibu yang lebih muda dipanggil ale’-ale’ (adik-adik) dan tantretan (saudara-saudara) sehingga menimbulkan kekerabatan

Saran
         Dari hasil penelitian ini, pengamat menyarankan kepada panitia amal masjid di jalan raya pesanggrahan kwanyar ada beberapa hal yang haeus diperhatikan,
Antara lain :
a.       Mengingat pengguna jalan bukan mayoritas orang Madura, sebaiknya kata sapaan diselingi dengan bahasa Indonesia.
b.      Untuk menarik perhatian pengguna jalan, hendaknya lebih banyak menggunakan gaya bahasa dengan nada
c.       gaya menengah, karena dengan gaya menengah dapat menimbulkan suasana senang bagi yang mendengarnya.


Daftar Pustaka



Arikunto, suharsimi.1998.prosedur penelitian suatu pengantar praktik, Jakarta : Rineka cipta

Chaer, Abdul.2000.tata bahasa praktis bahasa Indonesia, Jakarta : Rineka cipta

----------------2002.pembakuan bahasa Indonesia : Jakarta : Rineka cipta.

----------------2003.Linguistik Umum..Jakarta : Rineka cipta.

----------------dan Leone.2004 sosiolinguistik perkenalan awal.jakarta :
                    Rineka cipta

Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi bahasa Indonesia.Jakarta : Diksi nninsan mulia

JajaSudarma, Fatimah .2006.metode linguistic Jakarta : Refika Aditama.

Keraf, gorys. 1990. Diksi dan gaya bahasa Jakarta : PT. Gramedia.

----------------.1994. komposisi .jakarta : Nusa indah.

----------------.Diksi dan gaya bahasa. Jakarta : Gramedia

Moleong, lexy j. 2005 metode penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja RosdaKarya.

Nababan,Pwj. 1992. Sosiolinguistik suatu pengantar .Jakarta : PT. Gramedia.

Nasution, M. DJ.1994 sistem sapaan dialek Jakarta Jakarta : Pusat Pembina dan pengembangan bahasa departemen pendidikan dan kebudayaan.

Nuryadi, dan porang silmenes. 2003. Penentun menyusun paper, skripsi, thesis dan disertasi.Surabaya : Usaha nasional

Rosidi, imron.2005.Ayo senanag menulis karya ilmiah.Jakarta : Media pustaka.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam - Macam Pukulan Dalam Pencak Silat Dan Cara Melakukannya

makalah sosiolinguistik kebijakan dan perencanaan bahasa

Macam macam Tendangan Dalam Pencak Silat