Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)


Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB)

A.    Pendahuluan
“Seperti yang telah ibu tegaskan, apakah kamu menemukan dalam buku IPS yang kamu baca jenis penggolongan penduduk selain berdasarkan tempat tinggal dan jenis kelamin?” kata ibu guru kami yang selalu terlihat rapi dan cantik itu.
“Ya, bu...!”
“Coba apa?”
“Kelompok usia, bu!” jawab beberapa orang teman kami.
“Coba lengkapnya bagaimana?” tanya guru kepada Dina teman kami yang rembutnya dikepang dua.
Ia diam sebentar. Setelah berpikir, lalu ia menjawab “Selain penduduk dapat digolongkan berdasarkan tempat tinggal dan jenis kelamin, penduduk juga dapat digolongkan dilihat dari usia penduduk...!” jawabnya terputus-putus.
“Bagaimana penggolongan penduduk dilihat dari usia tersebut?”
Kami tidak ada yang menjawab, walaupun ibu guru cantik mengulang pertanyaan beberapa kali. “Baik kalau begitu kita akan memulai pelajaran kita kali ini tentang penggolongan penduduk dilihat dari kelompok usia, yaitu kelompok usia produktif dan tidak produktif.”
Ibu guru melempar beberapa  pertanyaan yang harus dijawab oleh kami. Guru bertanya dengan pertanyaan yang terbuka. Akan tetapi, tidk ada diantara kami yang bisa menjawab, walaupun beberapa kali guru mengulang pertanyaannya.
“Apa yang dimaksud dengan kelompok usia produktif itu?”
Setelah tidak ada seorang pun siswa yang dapat menjawab, ibu guru mengubah pertanyaannya.
“Apa tugas orang tuamu sehari-hari?”
Lagi-lagi kami tidak ada yang menjawab walaupun ibu guru mengulang-ulang pertanyaan yang sama. Ibu guru segera mengubah pertanyaan,menjadi lebih sederhana.
“Apa yang dilakukan oleh ayahmu setiap  hari..? tanya guru kepada Dedi salah seorang teman kami yang duduk dibangku paling belakang.
“Ke kantor!” jawab Dedi.
“Untuk apa pergi ke kantor?”
“Bekerja.”
“Mengapa harus bekerja?”
  “Untuk mencari uang.”
“Mengapa harus mencari uang?”
Dedi diam. Walaupun ibu guru mengulang pertanyaan dan menunjuk beberapa siswa, akan tetpi tidk ada seorang pun diantara kami yang dapat menjawab. Ibu guru mengarahkan agar kami dapat menjawab pertanyaannya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang kami anggap sangat mudah untuk dijawab.
“Apa setiap hari kalian memperoleh uang jajan?”
“Ya...!” jawab kami serempak.
“Apakah ibu setiap hari membeli sayur untuk makan seluruh anggota keluarga?”
“Ya...!” lagi-lagi kami menjawab serempak
“Apakah setiap bulan kalian membayar SPP?”
“Ya...!”
“Darimana semua kebutuhan keluargamu itu terpenuhi?” tanya Ibu guru kemudian. Kami kembali diam.
“Dari mana semua kebutuhan keluargamu itu terpenuhi?” ibu guru mengulang pertanyaannya sambil menyuruh salah seorang teman kami untuk menjawab.
“Dari ayah dan ibu.”
“Jadi, ayahmu mencari uang itu  untuk apa?”
“Untuk mencukupi kebutuhan,” jawab kami.
Nah, ayahmu itu merupakan penduduk yang produktif,” kata ibu guru sambil mngulang-ulang pertanyaannya seolah-olah minta dipahami.
“Jadi, dengan demikian penduduk yang produktif itu penduduk yang bagaimana?”

            Cerita diatas adalah penggalan dari penerapan Strategi pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (SPPKB).

            SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Joyce dan Weil (1980) menempatkan model pembelajaran ini kedalam bagian model pembelajaran Cognitive Growth, Increasing the capacity to think.

            Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Walaupun tujuan SPPKB sama dengan pembelajaran inkuiri (SPI), yaitu agar siswa dapat mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada pola pembelajaran yang digunakan. Dalam pola pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari jawabannya seperti dalam pola inkuiri.

B.     Hakikat dan Pengertian Strategi Pembelajarn Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
             Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apa pun kita lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Strategi pembelajaran yang dibahas pada bab ini  adalah strategi yang diharapkan  dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Strategi ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik,  strategi pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat diterapkanpadamata pelajaran lain. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematika (Sanjaya, 2002). Hal ini merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apa pun diharapkan dapat membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan kan jenjang oendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka berpendapat bahwa IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hafalan yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang sarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan.

            Sekarang, bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS sebagai mata pelajaran hafalan? Bagaimana IPS dapat dijadikan pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Dibawah ini akan dijelaskan satu strategi pembelajaran berpikir dalam pelajaran IPS. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran hasil dari pengembangan yang telah diuji coba (Sanjaya, 2002)

            Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.

            Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian diatas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekadar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat  mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir.

            Kedua, telahaan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan dan gagasan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.

            Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

C.     Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB

1.      Latar Belakang Filosofis

            Pembelajarn adalah proses interaksi baik manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, misalkan yang berhubungan dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif atau psikomotor. Tujuan pengembangan kognitif adalah proses pengembangan intelektual yang erat kaitannya denga meningkatkan aspek pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Apa hakikat dari pengetahuan itu? Bagaimana sebenarnya setiap individu memperoleh pengetahuan? Hal ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang membutuhkan kajian filosofis.

            Dilihat bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh manusia, dapat didekati dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan menunjuk kepada objek dan kebenaran itu merupakan akibat dari deduksi logis. Aliran rasionalis menekankan pada rasio, logika, dan pengetahuan deduktif. Berbeda dengan aliran rasionalis, aliran empiris lebih menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami setiap  objek. Aliran ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui mealui indra dan kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman. Dengan demikian, pandangan empirisme menekankan kepada pengalaman dan pengetahuan induktif.

            Apabila kita simak baik aliran rasional maupun aliran empiris, keduanya berangkat dari pemikiran yang sama , yaitu bahwa sumber utama dari pengetahuan adalah dunia luar atau objek yang ada diluar individu, atau objek yang menjadi pengamatannya. Yang menjadi masalah adalah apakah pengetahuan itu semata-mata hanya terbentuk karena objek itu? Bukankah objek itu tidak akan memiliki arti apa-apa  tanpa individu sebagai subjek yang menafsirkan data objektif itu? Apa artinya sebuah kenyataan tanpa interpretasi dari subjek? Apakah pengetahuan itu  bersifat statis yang telah dihasilkan oleh pemikir terdahulu seperti yang di klaim oleh aliran idealisme?

            Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus berkembang dan menjadi bahan pemikiran manusia, hingga muncul aliran konstruktivisme yang betkembang pada pengujung abad dua puluhini. Seperti yang telah dibahas pada bab terdahulu, menurut aliran konstruktivisme , pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap  setiapobjek yang diamati. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedu faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian, pengetahuan itu tidak bersifat statis tapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Inilah dasar filosofis dan pembelajaran berpikir. Selanjutnya tentang hakikat pengetahuan menurut filsafat konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a.       Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek.
b.      Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c.       Pengetahuan dibentukoleh struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Suparno, 1992, 21).

       Sesuai dengan penjelasan diatas, maka dalam proses pembelajaran berpikir, pengetahuan tidak diperoleh sebagai hasil transfer dari orang lain, akan tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan dianggap benar, manakala pengetahuan tersebut berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang muncul. Aliran konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu sajadari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiei oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu, model pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis dan mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.

2.      Latar Belakang Psikilogis
            Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologi kognitif. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental prilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang menggerakkan fisik itu. Mengapa demikian? Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan itu yang mendorong manusia untuk berprilaku. Piaget menyatakan, “...children have a built-in desire to learn.” Inilah yang melatarbelakangi SPPKB.
            Dalam perspektif psikilogis kognitif sebagai landasan SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan. Artinya, proses belajar tidaklah tergantung kepada pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu yangbelajar (student centered). Individu adalah organisme yang aktif. Ia adalah sumberdari semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia adalah bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat satu pilihan dalam setiap situasi, dan titik pusat kebebasan itu adalah kesadarannya sendiri. Oleh sebab itu psikologi kognitif memandang bahwa belajar itu merupakan proses mental. Tingkah laku manusia hanya ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Brower dan hilgard (1986, 421) menjelaskan bahwa teori kognitif berkenaan dengan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan tersebut untuk berprilaku lebih efektif.

D.    Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB
            Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir SPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut peter reason (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering dan mengingat (comprehending). Menurut reason mengingat dan memahami lebih bersifar pasif daripada kegiatan berpikir (thinking).mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk  suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan  perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berpikiradalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
            Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakanpeter reason, bahwa berpikir tidak akan terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masalalu yang dapat digunakan untuk mencegah masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir.
            Berdasarkan penjelasan diatas, maka SPPKB bukan hanya sekadar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk  melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.

E.     Karakteristik SPPKB

            sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut.

1.      Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada proses mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa pembelajaran itu merupakan peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinta, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respons saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.       Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama para guru,. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yangterpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya.
b.      Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta metoda apa yang harus digunakan.
c.       Siswa harus mengorganisasi apa yang mereka pelajari. Dlam halini guru harus membantu agar siswa belajar melihat hubungan antarbagian yang dipelajari.
d.      Informasi baru akan ditangkap lebih mudaholeh siswa,manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telahmereka miliki. Dengan demikian guru harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e.       Siswa harus secara aktif merespons apa yang mereka pelajari. Merespons dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik.
2.      SPPKB dibagun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan memampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
3.      SPPKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

F.      Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional

Ada perbedaan pokok antar SPPKB dengan pembelajaran selama ini yang dilakukan guru. Perbedaan tersebut adalah.

1.      SPPKB menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Artinya, peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditemptkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi yang pasif.
2.      Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa, sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
3.      Dalam SPPKB, prilaku dibangun atas kesadaran diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensionalprilaku dibangun atas proses kebiasaan.
4.      Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5.      Tujuan hkhirdari prose pembelajaran melalui SPPKB adalah kemampuan berpikir melaluiproses menghubungkan antar pengalaman dengan kenyataan, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.
6.      Dalam SPPKB, tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalkan individu tidak melakukan prilaku tertentu karena ia menyadari bahwa prilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau prilaku individu didasarkan oleh faktordari luar dirinya, misalkan individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman.
7.      Dalam SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan  yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8.      Tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa dalam proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan, maka kriteria keberhasilan ditentukan oleh proses dan hasil belajar, sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur melalui tes.

Beberapa perbedaan pokok diatasmenggambarkan bahwa SPPKB memang memiliki perbedaan baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan mengolaannya.

G.    Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB
            SPPKB menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya dudukmendengarkan penjelasan guru kemudia mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa (George W. Maxim, 1987).
            Ada 6 tahap dalam SPPKB. Setiap tahap dijelaskan berikut ini.
1.      Tahap Orientasi
      Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses pemelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setap tahapanproses pembelajaran.
      Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan SPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan inimerupakan tahapan yang sangat pentingdalam implementasi proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan oleh guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa.
2.      Tahap Pelacakan
      Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibacakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap  pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pengalaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjtnya.
3.      Tahap Konfrontasi
      Tahap konfrontasi adalah tahap penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkatkemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang tingkat kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atautopik  itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guruharus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yangharus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab, pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan olehtahapan ini.
4.      Tahap Inkuiri
      Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Mwlalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasa dalam upaya memecah persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan dan lain sebagainya.
5.      Tahap Akomodasi
      Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yangnereka temukan dan apa yangmereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat mengungkap kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
6.      Tahap Transfer
      Tahap transfer adalah tahap penyampaian penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untukmemecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

      Sesuai dengan tahapan-tahapan dalam SPPKB seperti yang telah dijelaskan di atas, maka ada bebrapa hal yang harus diperhatikan agar SPPKB  dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola pembelajaran.
1.      SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifatdemokratis, oleh sebab ituguru harus menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai, sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pengalaman dan gagasan. Dalam SPPKB guru harus menempatkan siswa sebgai subjek belajar bukan sebagai objek. Oleh sebab itu, inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subjek belajar.
2.      SPPKB dubagun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan bertanyauntuk melacak, kemampuan bertanya untuk memancing, bertanya induktif-dediktif, dan mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup. Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan informasi tentang materi pelajaran.
3.      SPPKB juga merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis, karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dan memberikan data fakta sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta menyusun kesuimpulan dan mencari hubungan antar-aspek yang dipermasalahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh makalah kebijakan moneter ekonomi

Macam - Macam Pukulan Dalam Pencak Silat Dan Cara Melakukannya

Macam macam Tendangan Dalam Pencak Silat