contoh makalah semantik bahasa indonesia
NAMA
KELOMPOK 4:
1.
HOIRUL MAS’UD
2.
HERIYANTO
3.
LULUK ADAWIYAH
4.
ANA MUSTAFIDAH
5.
MAULANA JAKFAR
6.
LISA ANDRIANSYAH
STKIP PGRI BANGKALAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
2015-2016
Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa yunani sema ( kata benda yang berarti “ tanda “ atau “
lambang “. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang. disini sebagai padanan kata
sema itu adalah tanda linguistik, seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de
Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari
(1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk – bentuk bunyi bahasa dan
(2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama.
Kata semantik kemudian
disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan tanda – tanda
linguistik, dengan kata lain semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari
makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
1.
Hakikat makna
Banyak teori tentang makna telah
dikemukakan para tokoh. Salah satu teori tentang makna dicetuskan oleh
Ferdinand de Saussure . menurut teori yang dikembangkan Ferdinand de
Saussure bahwa makna adalah pengertian
atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik.
2. Jenis
makna
Bahasa merupakan suatu alat yang
digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan sehari – hari, maka makna bahasa itu pun
bermacam – macam jika dilihat dari segi pandangan yang berbeda. Adapun beberapa
makna tersebut sebagai berikut :
a
Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang sesuai hasil observasi indra kita
atau makna apa adanya. Makna Leksikal sering kali disebut makna yang ada dalam
kamus.
Contoh :
·
kuda memiliki makna leksikal sejenis
binatang berkaki empat yang bisa dikendarai.
·
Air memiliki makna leksikal sejenis
barang cair yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari – hari
b.
Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang
terjadi apabila ada proses gramatikal.
Contoh:
·
adik menendang bola melahirkan makna
gramatikal. Adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bola
bermakna ‘sasara
c.
Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna
sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks
Contoh : perhatikan konteks kata kepala pada kalimat –
kalimat berikut.
·
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
·
Sebagai kepala sekolah ia harus menegur muridnya
·
Beras kepala harganya mahal
Makna
dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan
penggunaan bahasa itu.
d.
Referensial dan nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan
makna nonreferensial berdasarkan ada tidaknya referen( acuan) dari kata – kata
itu. Bila kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu
oleh kata itu, maka kata itu disebut bermakna referensial. Kalau kata itu tidak
mempunyai referen maka kata itu disebut nonreferensial.
Contoh :
·
Kata meja dan kursi termasuk kata
referensial karena keduanya memiliki referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga. Sebaliknya,
·
Kata karena dan tetapi tidak
mempunyai referen, jadi kata tersebut bermakna nonreferensial.
e.
Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna
asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi makna
denotatif sebenarnya sama makna leksikal.
Contoh : Kata rombongan bermakna denotatif sekumpulan orang
yang mengelompok menjadi satu kesatuan.
f.
Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain
yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
Contoh :
·
kata babi pada orang yang beragama
islam mempunyai makan konotasi yang negatif.
g.
Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang
dimilki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Contoh :
kuda memiliki makna
konseptual ‘ sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Sesungguhnya
makna konseptual sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna
referensial.
h.
Asosiatif
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.
Contoh :
· Merah bermakna asosiatif dengan
‘berani’.
·
Buaya bermakna asosiatif dengan
‘jahat’.
i.
Idiom
Makna Idiom adalah satu ujaran yang
maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur – unsurnya, baik leksikal
maupun gramatikal.
Contoh :
Menjual gigi tidaklah memiliki makna
seperti gramatikal maupun leksikal, melainkan menjual gigi yaitu ‘ tertawa
terbahak – bahak’.
j.
Pribahasa
Makna
Pribahasa adalah kebalikan dari idiom, pribahasa masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur – unsurnya
karena adanya ‘asosiatif’ antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa.
Contoh :
‘Seperti anjing dan kucing’ bermakna bagai 2 orang yang
tidak pernah akur.
3.
Relasi makna
Relasi makna adalah hubungan
semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa
lainnya. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini biasanya dibicarakan
masalah masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi,
ambiguiti, dan redundansi.
a. Sinonim
Sinonim atau sinonimi adalah
hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan
ujaran dengan ujaran lainnya.
Contoh : antara betul dan benar
b. Antonim
Antonim atau antonimi adalah
hubungan semantik antara duah buah ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan,
pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Contoh : ‘baik berantonim buruk’
c. Polisemi
Polisemi adalah sebuah kata satuan
yang mempunyai makna lebih dari satu. Misal kata kepala memiliki makna polisemi
yang beragam
Contoh :
·
Kepalanya luka karena pecahan kaca
·
Kepala desa itu adalah paman saya
·
Kepala surat itu biasanya berisi
nama dan alamat kantor.
d. Homonimi
Homonimi adalah dua buah kata yang
merupakan satu ujaran yang “ kebetulan “ sama, tapi memiliki makna yang
berbeda.
Contoh :
·
Bisa yang berarti racun dan bisa yang berarti sanggup
·
tahu yang bisa berarti mengerti
dan tahu yang bisa berarti makanan dari
kedelai
e.
Ambigu
Ambigu adalah gejala yang dapat
terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda.
Contoh : buku sejarah baru.
Judul tersebut dapat ditafsirkan sebagai buku sejarah yang
baru terbit, atau buku yang memuat sejarah baru.
f. Redundansi
Redundansi adalah berlebih –
lebihannya unsur segmental dala suatu
bentuk ujaran.
Contoh :
·
Mita memakai rok hitam.
·
Mita berok hitam.
Kedua
kalimat diatas memiliki makna yang sama. Pada kalimat pertama itulah yang
kemudian disebut redundans, berlebih – lebihan dalam memakai kata.
4.
Perubahan Makna
secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan
berubah tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Artinya. Dalam
waktu relatif singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah, tetapi
dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan berubah.
Adapun perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. a.
Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi.
Adanya perkembangan konsep keilmuan
dan teknologi dapat menyebabkan sebuah kata yang mulanya bermakna A menjadi B.
Contoh : sastra pada mulanya bermakna bacaan kemudian berubah
mnjadi buku, lalu berubah lagi menjadi tulisan, huruf.
b.
Perkembangan sosial budaya
Perkembangan dalam masyarakat
berkenaan dengan sikap sosial dan budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan
makna.
Contoh : kata saudara pada mulanya berarti seperut, tapi
sekarang digunakan juga sebagai orang lain sebagai sapaan yang diperkirakan
sederajat.
c. Perkembangan
pemakaian kata
Setiap bidang keilmuan biasanya
memiliki sejumlah kosakata yang berkenaan dengan bidangnya.
Contoh : dulu menggarap hanya digunakan di bidang pertanian
saja tapi sekarang kata menggarap juga
memiliki makna yang berbeda misalnya pada kata menggarap skripsi.
d. Pertukaran
tanggapan Indra.
Alat indra yang kita miliki
mempunyai fungsi masing – masing untuk menangkap gejala – gejala yang terjadi
dimuka bumi ini. Namun banyak sekalipemakaian bahasa yang terjadi pada alat
indra.
Contoh : “perkataannya sangatlah pedas”, kata pedas berarti rasa panas yang terasa di lidah, namun
kata pedas pada kalimat tersebut
ditangkap oleh telinga dalam artian pedas berarti perkataan yang menyakitkan.
5. Medan
makna dan komponen Makna
a.
Medan makna adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling
berhubungan karena menggambarkan bagian
dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.
Contoh : medan warna dalam bahasa indonesia seperti merah,
kuning, hijau, biru, abu – abu, coklat, putih, hitam.
b.
Komponen makna adalah adalah setiap
kata, leksem atau butir leksikal tentu
mempunyai makna.
Contoh : kata ayah memiliki komponen makna /
manusia/dewasa/jantan/kawin/ dan punya anak/
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://antonio-smanwat.blogspot.co.id/2013/01/cabang-cabang-linguistik.html,
Hari selasa 27 oktober 2015, pukul 14:12 WIB
2.
http://www.4shared.com/photo/jcAKqWzW/logo-stkip-pgri-bangkalan-3.html?locale=in,
Hari selasa 27 oktober 2015, pukul 14:15
Komentar
Posting Komentar